![]() |
| Butiran embun di pagi hari |
Definisi penyakit Al-‘Ain
Penyakit 'Ain adalah penyakit yang di akibatkan oleh pandangan mata yang tidak digandengan dengan dzikir kepada Allah subhanahu wa ta'ala baik karna iri ataupun takjub.
Contoh: Si A memandang si B dan dia kagum dengan si B karna kelebihan rupawannya yang ganteng atau cantik, namun tidak pandangan kekaguman itu tidak digandengkan dengan memuji Allah seperti Masya Allah, Subhanallah atau mendoakan keberkahan kepada si B yang dipandang, maka si B berpotensi terkena penyakit 'ain tersebut.
Penyakit 'Ain itu fakta
Meskipun antara yang memandang dengan yang dipandang (korban) tidak bersentuhan namun penyakit ini fakta dan realita terbukti secara dalil ataupun kejadian di lapangan, karna banyak orang yang tiba-tiba sakit lalu diperiksa oleh tenaga medis dengan peralatan yang canggih namun tidak menemukan penyakit dalam tububnya namum dia merasakan sakit. tapi ingat, tidak semua kondisi itu langsung divonis terkena 'ain.
Dalil benarnya penyakit 'Ain dan bahayanya
Adapun dalil yang menunjukkan bahwa penyakit ain itu real adalah hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dimana beliau bersabada,
أَكْثَرُ مَنْ يَمُوتُ مِنْ أُمَّتِي بَعْدَ قَضَاءِ اللَّهِ وَقَدَرِهِ بِالْعَيْنِ
“Kebanyakan orang yang meninggal dari umatku stlh qadha’ dan qadar Alloh karena sebab ‘ain”.
(Hadis ini di hasankan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari dan Syeikh Al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah)
Di dalam hadits yang lain Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
العين تدخل الرجل القبر و الجمل القدر
“‘Ain menyebabkan seseorang masuk kubur dan menyebabkan seekor unta masuk tungku”. (Shahih Al-Jami’).
Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
العين حق و يحضرها الشيطان و حسد ابن آدم
“Sakit ‘ain (kena mata) adlh benar, dihadiri Setan dan hasad anak Adam”.
(Asal hadis ini dalam Shahih Bukhari dan tambahannya diriwayatkan oleh Ahmad)
Sumber dan cara kerja penyakit 'Ain
Hadis yang mulia diatas menunjukkan bahwa pada setiap orang ada Setan-Setan dari bangsa jin yang selalu mengawasi untuk menyakitinya. Demikian juga setiap orang bisa menjadi sasaran hasad sehingga tidak ada seorang pun yang selamat dari ‘ain kecuali orang yang Alloh melindunginya.Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Hasad adalah salah satu penyakit di antara penyakit-penyakit hati. Penyakit ini umum, di mana tidak ada orang yang selamat darinya kecuali sedikit di antara manusia, sehingga dikatakan, ‘Tidak ada jasad yang lepas dari penyakit hasad, akan tetapi seorang pencela menampakkannya sedangkan seorang mulia menyembunyikannya’”.
Hasan Bashri pernah ditanya, “Apakah seorang mukmin memiliki penyakit hasad?” Dia menjawab, “Apakah kamu lupa dengan saudara-saudara Yusuf? Akan tetapi tahanlah hasad tersebut di dalam dadamu, sesungguhnya hasad tersebut tidak akan memudharatkanmu selama kamu tidak menampakkannya dengan tanganmu atau lisanmu”. (Kitab As-Suluk karya Ibnu Taimiyah).
Ibnu Hajar berkata dalam menjelaskan hadis, “Sakit ‘ain (kena mata) adalah benar.” Hal ini kadang membingungkan sebagian manusia, mereka berkata, ‘Bagaimana ‘ain bekerja dari jauh sehingga bisa memudharatkan orang yang dilihat’. Banyak orang yang menderita sakit dan kekuatan tubuhnya melemah karena sebab di pandang, semua ini karena pengaruh ruh-ruh yang Alloh ciptakan dan karena sangat besarnya keterkaitannya dengan mata, maka dinasabkan kepada mata. Sebenarnya yang mempengaruhi (menyebabkan sakit) bukan mata akan tetapi pengaruhnya dari ruh. Pandangan yang keluar dari mata orang yang melihat adalah anak panah secara maknawi, apabila mengenai badan orang yang tidak ada pelindungnya akan mempengaruhinya (menyebabkan sakit). Bila ada pelindungnya, anak panah tersebut tidak bisa menembus, bahkan di kembalikan kepada pemiliknya sebagaimana anak panah yang sebenarnya. (Fath Al-Bari).
Jadi yang keluar dari ‘ain adlh sifat, yaitu racun lisan (perkataan), dengan dalil bahwa seorang buta bisa menimpakan sakit ‘ain kepada orang lain. Kemudian Setan yang menanti-nanti penyifatan yang tidak disertakan nama Alloh padanya, mengambilnya dan memberikan pengaruh (menyebabkan sakit) pada badan orang yang dihasadi (dengan izin Alloh), bila dia tidak memiliki perlindungan diri.
Cara mencegah penyakit 'Ain dengan mendoakan keberkahan
Maka hendaknya diketahui bahwa setiap orang meskipun bisa memudharatkan orang lain dengan izin Alloh dengan menyifati orang lain dengan suatu sifat tanpa menyebut nama Alloh, akan tetapi perbuatan ini haram karena termasuk racun perkataan yang dilarang. Ibnu Hajar berkata, “Sesungguhnya ‘ain bisa terjadi karena kekaguman dan tanpa ada hasad, bisa berasal dari orang yang mencintai orang lain tersebut atau bisa berasal dari orang shalih. Orang yang kagum kepada sesuatu, hendaknya mendoakan orang yang dia kagumi dengan barakah, sehingga ini menjadi ruqyah”. (Fath Al-Bari).
Mengobati penyakit 'Ain dengan memandikan bekas wudlunya orang yang dituduh
Dalam sebuah hadis dari Abu Umamah bin Sahl bin Hanif berkata, “Bapakku Sahl bin Hanif mandi di Kharrar (lembah di Madinah) dengan melepaskan jubahnya sedangkan ‘Amir bin Rabi’ah melihatnya. Sahl bin Hanif seorang yang sangat putih dan bersih kulitnya, maka ‘Amir berkata, “Aku belum pernah melihat seperti hari ini, aku belum pernah melihat kulit seperti kulit gadis pingitan.” Maka Sahl bin Hanif sakit panas di tempatnya dan semakin keras sakitnya. Lalu Rasululloh diberitahu sakitnya Sahl. Dikatakan kepada Rasululloh bahwa Sahl tidak bisa mengangkat kepalanya. Rasululloh berkata, “Apakah kamu menuduh seseorang?”. Mereka menjawab, “’Amir bin Rabi’ah”. Maka Rasululloh memanggil ‘Amir bin Rabi’ah dan memarahinya, “Kenapa seseorang di antara kamu membunuh saudaranya? Kenapa kamu tidak mendoakannya dengan barakah? Basuhlah dirimu untuknya!”. Maka ‘Amir membasuh wajahnya, kedua tangannya, kedua sikunya, kedua lututnya, ujung kedua kakinya, dan sarungnya yang bagian dalam pada sebuah bejana, kemudian diguyurkan kepada Sahl dari belakang tubuhnya sehingga Sahl sembuh saat itu. (Shahíhul Jami’)
Faidah Hadits
1- Ketika ‘Amir mensifati Sahl dengan tanpa menyebut nama Alloh, maka setan mengambil peranan untuk menyakiti Sahl dengan penyifatan ini.
2- Berdzikir dengan menyebut nama Alloh atau mendoakan barakah bisa menghalangi dan melindungi dari gangguan jin pada orang yang dilihat.
2- Rasululloh memerintahkan ‘Amir untuk mandi (membasuh diri). Ibnu Al-Qoyyim berkata, “Sesungguhnya lipatan-lipatan tubuh, ujung-ujung tubuh, dan sarung bagian dalam, ini adalah tempat-tempat istimewa bagi ruh-ruh Setan ”. (Zádul Ma’ád).
Tujuannya, karena setiap orang memiliki bebauan dan keringat yang berbeda dengan orang lain. Setiap orang tidak sama dengan orang lain. Anjing mengetahui hal tersebut, demikian pula Setan yang berangkat dari pelaku ‘ain mengetahui hal tersebut. Maka ketika itu, diambil keringatnya atau air liurnya kemudian digunakan untuk memandikan atau diminumkan kepada orang yang kena ‘ain apabila gangguannya pada perutnya, sehingga Setan tersebut akan menjauhi orang yang kena ‘ain ini karena Setan tersebut terikat dengan sifat yang mengagumkannya. Maka seakan-akan pelaku ‘ain telah memilikinya (menguasainya) dengan masuknya keringatnya ke dalam badan orang yang terkena ‘ain sehingga ketika itu, Setan tersebut melepaskan diri dari tubuh orang yang kena ‘ain.
4- Dalam hadis disebutkan air sisa basuhan ‘Amir diguyurkan kepada Sahl dari belakang tubuhnya, maksudnya adlh diguyurkan di tempat yang dilihat oleh pelaku ‘ain. Karena Setan yang berangkat sebab penyifatan tersebut, berupa sangat putihnya kulit Sahl yang mencakup seluruh tubuhnya, maka air tersebut diguyurkan dari atas kepalanya agar mengenai seluruh tubuhnya yang terkena ‘ain. Seandainya orang yang terkena ‘ain karena disifati banyak makan misalnya, sehingga perutnya sakit, maka keringat atau air liur tersebut harus sampai ke dalam perutnya. Karena dalam perutnya adlh tempat terkenanya ‘ain. Demikian, dan tidak perlu mandi (dengan sisa air mandi atau wudhu pelaku ‘ain).
5- Dalam riwayat lain Rasululloh memukul dada Sahl dan berkata, “Ya Alloh hilangkan darinya panas, dingin, dan pengaruh ‘ain”. Ini dalil yang jelas bahwa ‘ain diikuti oleh Setan, lalu Setan berada pada anggota tubuh orang yang kena ‘ain. Sehingga ia (orang yang terkena áin) mengalami sempit dada –sebab tekanan dari Setan- yang tanda masuknya Setan (pada tubuh orang yang terkena ‘ain) sebagaimana dalam hadis: punggungnya panas dan ujung-ujung badan dingin, dan tubuh lemah disertai dengan rasa sempit di dada serta sering mengeluh, pesimis, dan mudah emosi.
Mengobati penyakit 'Ain yang tidak diketaui pelakunya
Apabila orang yang terkena ‘ain tidak menuduh seseorang (tidak bisa menduga orang yang menimpakan ‘ain kepadanya), maka disyariatkan untuk dibacakan ruqyah.
Cara menjaga diri dari sakit ‘ain
1- Seorang muslim menjaga perintah Alloh dengan menjalankan perintah-Nya seperti shalat lima waktu berjamaah, berbakti kepada kedua orang tua, solat sunat, puasa sunat, membaca Al-Qur’an dan lain-lainnya. Menjauhkan diri dari larangan Alloh, seperti tidak melihat sesuatu yang haram, meninggalkan musik dan lain-lainnya.
Rasululloh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Jagalah (perintah) Alloh niscaya Alloh akan menjagamu”.2- Memperbanyak dzikir yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan berdzikir di setiap waktu, seperti dzikir stlh shalat lima waktu, dzikir pagi dan petang, dzikir akan tidur, dzikir bangun tidur, dan lain-lainnya.
Amalan untuk mengangkat musibah (sakit ‘ain) dengan izin Alloh:
1- Yakin dan berbaik sangka kepada Alloh ketika diruqyah dan jangan hanya sekedar coba-coba dalam berobat dengan Al-Qur’an, akan tetapi harus yakin bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat obat.
Alloh berfirman: “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklh menambah kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian”. (QS. Al-Isra’: 82).
2- Mengagungkan Alloh, kembali dan taubat kepada-Nya, serta berdoa kepada-Nya. Dia satu-satunya Pemberi kesembuhan. Bila engkau meruqyah dirimu sendiri, ini lebih utama dari pada diruqyah orang lain.
3- Berbuat baik kepada orang lain dan bersedekah.Rasululloh bersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ
“Siapa menghilangkan musibah yang menimpa seorang mukmin dari musibah dunia, Alloh akan menghilangkan untuknya musibah dari musibah akhirat. Siapa yang memberikan kemudahan kepada seorang yang kesulitan, Alloh akan memberikan kemudahan kepadanya di dunia dan di akhirat. Siapa yang menutupi aib seorang muslim, Alloh akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Alloh akan menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya”. (HR. Muslim).
Dalam sebuah hadis dari Abu Umamah, Rasululloh bersabda, “Obatilh orang-orang sakit kalian dengan sedekah”. (Shahíhul Al-Jami’)Hubungan antara ‘ain dengan sihir:
Ketika Alloh berfirman dalam surat Al-Falaq: “Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada ikatan-ikatan dan dari kejahatan orang hasad bila ia hasad”. (QS. Al-Falaq: 4-5). Alloh menggabungkan antara sihir dan hasad. Ini mengisyaratkan adanya hubungan antara keduanya, yaitu bahwa seorang penyihir menghembuskan pada ikatan-ikatan dari rambut atau kuku yang digunakan untuk mengikat Setan yang akan menyakiti orang yang disihir. Sedangkan seorang yang hasad mengikat Setan dengan sifat kekaguman yang tidak disebutkan nama Alloh padanya untuk menyakiti orang yang dikenai ‘ain. Keduanya bisa memudharatkan dan keduanya serupa dalam menimbulkan pengaruh sakit, akan tetapi berbeda dalam sarananya.* Alloh berfirman: “Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada ikatan-ikatan dan dari kejahatan orang hasad bila ia hasad”. (QS. Al-Falaq: 4-5).
Kenapa wanita-wanita tukang sihir dima’rifatkan dan dinakirahkan apa yang sebelumnya dan setelahnya? (maksudnya yang sebelumnya: غاسق ‘malam,’ sedangkan yang stlhnya: حاسد ‘orang yang hasad,’-penerj.) Karena setiap wanita penyihir memiliki kejahatan, sedangkan setiap malam dan setiap orang hasad tidak memiliki kejahatan.
* Orang-orang awam berkata, “Apabila pelaku ‘ain mengetahui bahwa keringat atau air liurnya diambil maka atsar (sesuatu yang ada kaitannya) dengan tubuhnya ini tidak akan bermanfaat. Ini salah, karena menyelisihi hadis ‘Amir dengan Sahl, sebab Rasululloh berkata kepada ‘Amir “Mandilh (basuhlh dirimu) untuk saudaramu”, dan ‘Amir mengetahuinya dan ini menyembuhkan ‘ain yang menimpa Sahl.
* Pandangan beracun yang disebutkan para ulama, mereka mengkiaskan dengan al-Abtar dan Dzat ath-Thaffatain (nama-nama ular yang bisa menggugurkan kandungan dengan pandangan matanya). Sebagaimana ayam jago memiliki kekuatan mata untuk melihat malaikat, sedangkan anjing dan keledai mampu melihat setan.
Adapun manusia, kekuatan racunnya yang bisa menyakiti orang lain, tidak berasal dari dirinya (dzatnya), akan tetapi dari penyifatan yang tidak disertai penyebutan nama Alloh sebagaimana dalam hadis “Sakit ‘ain (kena mata) adlh benar dan dihadiri Setan,” dan bukan dengan alat mata (pandangan mata) sebagaimana yang tlh dijelaskan Ibnu Hajr. Menjelaskan hal tersebut, bahwa Rasululloh berlindung dari jin dan pandangan manusia karena adanya keterkaitan antara keduanya. (Maksud pandangan mata adlh sifat yang diucapkan oleh pelaku ‘ain stlh memandang sesuatu tanpa menyebut nama Alloh, sehingga jin (Setan) menyebabkan sakit orang yang disifati (dipandang) tsbt. –penerj.)
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين والحمد لله رب العالمين
Sumber: Kaifa Tu’álij Marídhaka Birruqyah Asy-Syar’iyyah karya Dr. Abdullah bin Muhammad As-Sadhan [dengan beberapa penyesuaian]