Kalimat Laa ilaaha illallah adalah inti ajaran Islam yang menjadi pembeda utama antara keimanan dan kekufuran. Memahami makna kalimat ini secara benar sangat penting, mengingat banyak kelompok yang salah dalam mendefinisikannya. Kesalahan ini dapat menyebabkan penyimpangan dalam akidah dan amal.
Definisi dan Makna Laa ilaaha illallah
Secara bahasa, Laa ilaaha illallah berarti "Tidak ada tuhan selain Allah." Namun, makna yang lebih mendalam memerlukan pemahaman terhadap definisi berikut:
-
Penolakan (An-Nafyu): Menafikan segala bentuk ibadah kepada selain Allah.
- Hal ini berarti segala bentuk penyembahan, ketaatan mutlak, dan kecintaan yang tinggi tidak boleh diberikan kepada siapapun selain Allah. Allah berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَا لِيَعْبُدُوا اللَهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَاَءَ (QS. Al-Bayyinah: 5)
"Dan mereka tidak diperintahkan kecuali untuk menyembah Allah dengan ikhlas, menaati-Nya semata..."
- Hal ini berarti segala bentuk penyembahan, ketaatan mutlak, dan kecintaan yang tinggi tidak boleh diberikan kepada siapapun selain Allah. Allah berfirman:
-
Penetapan (Al-Itsbat): Menetapkan bahwa hanya Allah yang berhak diibadahi.
- Ini berarti seluruh ibadah, baik lisan, hati, maupun anggota tubuh, harus ditujukan hanya kepada Allah. Firman Allah:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (QS. Al-Fatihah: 5)
"Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan."
- Ini berarti seluruh ibadah, baik lisan, hati, maupun anggota tubuh, harus ditujukan hanya kepada Allah. Firman Allah:
Dengan demikian, makna Laa ilaaha illallah adalah "Tidak ada yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah."
Dalil-Dalil Pendukung Makna Laa ilaaha illallah
-
Dalil Al-Qur'an:
- فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَهُ (QS. Muhammad: 19) "Ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah..."
- إِنِّنِيِ أَنَا اللَهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي (QS. Thaha: 14) "Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku..."
-
Dalil Hadis:
- Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَهُ مُخْلِصًا دَخَلَ الْجَنَّةَ (HR. Ahmad) "Barang siapa yang mengucapkan 'Laa ilaaha illallah' dengan ikhlas, maka dia akan masuk surga."
Kesalahan dalam Memahami Laa ilaaha illallah
-
Membatasi pada Makna Tauhid Rububiyyah:
-
Sebagian kelompok hanya memahami Laa ilaaha illallah sebagai pengakuan bahwa Allah adalah Pencipta, Pemberi rezeki, dan Pengatur alam semesta. Padahal, pengakuan ini juga dilakukan oleh kaum musyrik di masa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana firman Allah:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالـْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَهُ (QS. Luqman: 25)
"Dan jika kamu bertanya kepada mereka, 'Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?' Tentu mereka akan menjawab, 'Allah.'"
-
Pengakuan Rububiyyah saja tidak cukup, karena mereka tetap menyekutukan Allah dalam ibadah (Uluhiyyah).
-
-
Mengabaikan Penafian Kesyirikan:
- Sebagian orang menganggap cukup hanya menetapkan Allah sebagai satu-satunya Tuhan tanpa menafikan ibadah kepada selain-Nya. Padahal, Laa ilaaha illallah mencakup peniadaan kesyirikan secara mutlak.
Konsekuensi Laa ilaaha illallah
- Tauhid Uluhiyyah:
Tauhid Uluhiyyah adalah inti Laa ilaaha illallah, yaitu hanya Allah yang layak diibadahi. Setiap bentuk ibadah kepada selain Allah adalah syirik, sebagaimana firman-Nya:
اُعْبُدُوا اللَهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا (QS. An-Nisa: 36)
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun."
2. Penolakan terhadap Syirik
Syirik adalah lawan dari Laa ilaaha illallah. Allah tidak akan mengampuni dosa syirik kecuali dengan taubat. Firman-Nya:إِنَّ اللَهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ (QS. An-Nisa: 48
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki."
3. Ketaatan Total kepada Allah:
Laa ilaaha illallah juga berarti menjadikan Allah sebagai satu-satunya sumber hukum dan pedoman hidup. Firman Allah:
إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ (QS. Yusuf: 40) "Keputusan itu hanyalah milik Allah."Ini mencakup ketaatan terhadap syariat-Nya dalam seluruh aspek kehidupan.
Memahami dan mengamalkan Laa ilaaha illallah bukan sekadar pengucapan di lisan, tetapi harus mencakup keyakinan hati, perkataan, dan perbuatan yang sesuai dengan konsekuensi kalimat tauhid ini. Dengan pemahaman yang benar, seorang Muslim dapat menjaga akidahnya dari penyimpangan dan menjalani kehidupan yang diridhai oleh Allah.
.png)